Pages - Menu

Rabu, 10 Juli 2019

Membuat Mini Growing Station Sederhana


Gunakan dan manfaatkan segala yang ada semaksimal mungkin. Itulah yang ada di pikiran saya ketika terpintas muncul ide untuk membuat sebuah mini growing station untuk menumbuhkan benih. Pertama terpintas ide tersebut, saya langsung cari tempat yang sekiranya justru benar – benar tertutup. Tujuannya agar tidak ada gangguan seperti di senggol kucing saya, atau tersenggol orang rumah yang siapa tau tidak sengaja menyenggolnya.






Oiya, sebelumnya, bagi yang belum tau apa itu growing station, adalah sebuah tempat dimana kita bisa menumbuhkan benih, tanpa harus menaburnya di pekarangan atau lahan asli. Tujuannya ya sebagai tempat pembenihan doang. Kalau benih sudah tumbuh dan layak untuk dipinah ke lahan, ya segera pindah ke lahan.


Hal paling wajib ada di growing station adalah Growing Light, atau sering juga di sebut Grow Light. Untuk membahas tentang Grow Light, saya sudah bahas di postingan sebelumnya mengenai Grow Light sebagai pengganti sinar matahari untuk tumbuhan.


Sebenarnya growing station bisa saja digunakan tidak hanya untuk pembibitan. Bahkan kalau komposisinya cocok, kita bisa menanam tumbuhan misalkan cabai, dari biji hingga tumbuh lalu berbuah. Asalkan ya itu tadi, komposisi grow light, media tanam, sirkulasi udara serta suhu nya cocok. Karena di beberapa video yang saya lihat, ada beberapa orang yang mencoba menggunakan growlight untuk menanam strawberry hingga berbunga, lalu ada juga yang menanam kacang, dan masih banyak lagi percobaan yang sudah dicoba oleh teman – teman kita, baik yang tinggal di iklim tropic, atau di iklim 4 musim. Jadi mereka yang ingin menanam tanaman tropic tapi tinggal di iklim 4 musim, bisa aja tumbuh, aslakan ya itu, komposisinya cocok. Jadi tanaman bisa hidup seperti di tempat yang mereka inginkan.


Nah, untuk di kasus saya, saya akan membuat percobaan membuat growing station sederhana, ukurannya kecil saja karena kebetulan ada space bekas meja computer tua yang tidak digunakan, dan bisa jadi penopang media tanam 2 rak, atas dan bawah. Disini saya akan coba kemampuan grow light saja, saya belum membuat percobaan tentang suhu dan sirkulasi udara, jadi intinya coba efek grow light saja.


Untuk refrensi, tempat yang saya gunakan berada di samping kamar mandi, tapi masih di dalam rumah, kalau siang tidak kena sinar matahari, dan kalau hujan tidak terkena air hujan. Jadi kalau di bilang tertutup iya, dan juga lembab.


Ilustrasi growing station saya bisa dilihat pada gambar dibawah ini:





Dari gambar diatas, ada LED yang saya buat canopy, ada juga LED yang saya buat di tiang. Itu karena sebelumnya saya beli Grow Light LED yang jenis SMD, tegangannya 12 Volt, dan saya coba beli 2 buah. Jadi ada 2 keping LED, bukan kombinasi warna jingga dan biru. Gambar LED nya seperti dibawah ini.



Lalu saya rangkai bentuk tiang, tujuannya agar lebih fleksibel, karena saya buat pakai pipa PVC untuk kabel yang sudah tidak dipakai, jadi kalau pengen lebih tinggi tinggal disambung, kalau pengen pendek ya tinggal di potong.



Pertama saya pakai growing light jenis SMD 1 mata per keping, memang sudah bisa untuk germination atau perkecambahan, tapi selang beberapa hari tanaman malah mati, jadi mungkin grow light SMD yang saya beli itu Cuma bisa mentok di perkecambahan. Tidak bisa untuk pertumbuhan yang lebih kompleks, mungkin modulnya kurang banyak juga, karena saya Cuma beli 2 modul. Tetapi untuk pertumbuhan tanaman lamtoro, seperti petai cina namun ukurannya lebih gede, suka untuk campuran botok juga. Disitu tanamannya masih bisa menerima sinar dengan baik, ditandai dengan munculnya kuncup – kuncup daun baru yang akhirnya jadi daun beneran yang bersemi.


Setelah itu, saya coba beli grow light yang langsung pakai fitting lampu seperti lampu rumah pada umumnya. Gambarnya seperti yang bisa dilihat dibawah ini:




Grow light ini dalam satu wadah sudah ada 200an LED kecil – kecil, tertulis membutuhkan daya 24Watt tapi saya belum ukur aslinya. Dalam modul ini sudah terdapat kombinasi LED jingga dan biru, yang katanya kan jingga untuk pertumbuhan dan biru untuk perkembangan tanaman. Yasudah saya akan rencana pasang di rak atas, saya kasih model kanopi supaya sinar yang lari keatas bisa mantul ke bawah lagi, dengan harapan semakin banyak sinar yang masuk ke tanaman.


Pertama saya coba untuk germinating bibit sukulen yang ternyata palsu, wkwkwk. Bisa dibaca di postingan awas bibit palsu dari luar negeri. Alhasil tumbuh juga sih, tapi tumbuhnya yang kalau disini tergolong tanaman liar doang. Wkwk, tapi kan ambil sisi positifnya, tanamannya benar – benar tumbuh.


Gelombang kedua, saya coba untuk menumbuhkan kenikir, memang ada yang tumbuh dan ada yang tidak. Dan untuk kenikir, setelah berbulan – bulan dia mentok di bibit ukuran 7 cm saja. Jadi mungkin maksimal Cuma bisa numbuh segitu dan harus dipindah di ladang untuk bisa tumbuh lebih baik. Tapi kan saya ngga punya ladang,, wkwkw.


Lalu saya juga coba untuk menumbuhkan kacang koro. Disini dalam waktu 1 minggu aja kacangnya udah tumbuh dan waktu saya pindah ke media yang terpisah, akarnya sudah besar – besar dan terlihat sangat sehat. Sekitar 1 bulan, sudah tumbuh lebih dari 30 cm. karena dia tanaman merambat. Dan di depan rumah saya masih bisa dikasih 1 ember cat, yasudah saya bikin media tanam disitu, saya kasih raffia, dan saya tanam tanaman kacang koro yang makin tinggi itu, dan ketika saya nulis artikel ini, dia sekarang sudah tinggi sekitar 1.5meteran, padal didepan rumah saya terhalang tembok tinggi dan dia hanya dapat sinar dari pantulan sinar matahari dari tembok tinggi itu.


Terakhir saya coba menumbuhkan Carolina reaper, atau salah satu cabai terpedas didunia, memang tidak semua bibit tumbuh, entah karena bibitnya mati atau ada juga yang bibitnya terlalu terkubur di media jadi malah tidak tumbuh. Tapi ada satu yang tumbuh dan ketika artikel ini ditulis sudah lumayan tumbuh dengan daun – daun baru yang mungil.


Saya juga beli pohon strawberry, karena yang kemarin mati semua. Saya buat media yang lebih tinggi untuk bisa menampung tanah dan pupuk kandang lebih banyak, sehingga harapannya strawberry tidak akan kekurangan makanan dan bisa berbuah. Pertama saya pindah ke growing station, minggu – minggu pertama seperti tidak bisa adaptasi dengan kondisi disitu, daun – daun lama mengering, tapi setelah itu tumbuh lagi tunas – tunas baru, tapi tunasnya kali ini terlihat kecil – kecil, dan sepertinya pohon strawberry ini terasa masih kurang mendapat asupan sinar, jadi growing light nya tidak cocok, bisa tumbuh sih, namun seperti tidak bisa berkembang secara maksimal.


Untuk pelengkap, saya sertakan video growing station saya, siapa tau bisa jadi refrensi untuk kamu biar bisa bikin growing station yang lebih baik dan lebih keren dari punya saya tentunya. Hihihi:





Tidak ada komentar:

Posting Komentar