Pages - Menu

Selasa, 13 November 2018

Menanam Merawat Memanen Strawberry


Strawberry adalah buah yang sangat saya gemari pada saat saya masih kecil, meski bukan dalam bentuk buah asli, tapi dalam bentuk rasa. Tiap makan sesuatu yang memiliki rasa, pasti milihnya rasa strawberry, bahkan dulu waktu ada susu rasa strawberry, saya langsung ganti susu yang rasa strawberry, pertama kali makan strawberry asli kalau tidak salah sewaktu TK atau SD, karena kalau waktu SD dulu saya juga pernah beli pohon strawberry dan buahnya juga lebat, namun karena namanya anak – anak, jadi belum kepikiran untuk menyemaikan atau istilah kerennya membudidayakan pohon strawberry. Baru setelah SMK saya jadi kepikiran untuk belajar menanam strawberry dulu, siapa tau saya sanggup merawat dan bisa jadi membudidayakan buah merah yang disukai banyak orang ini.





Tapi semua itu baru terwujud ketika saya sudah selesai kuliah, dan mulai masuk semester terakhir untuk skripsi, karena ada waktu luang, mungkin banyak orang mencari pekerjaan paruh waktu. Ya saya juga pengennya seperti itu, namun Allah memberikan saya badan yang tidak seperti kebanyakan orang, ya seperti yang pernah saya ceritakan dulu, saya punya atsma, mudah sakit, dan juga memiliki postur tubuh yang kerempeng, sedangkan pekerjaan yang mudah diterima tentu pekerjaan yang mengandalkan tenaga dan otot. Ya, makanya saya mencoba untuk menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang positif, yakni menanam strawberry. Dan prosesnya akan saya tulis semua disini seiring perkembangan tanaman yang saya rawat.


Pemilihan bibit

Tahap awal saya adalah pemilihan bibit, namun ketika saya berkunjung di pasar tanaman, justru tidak ada yang menjual bibit strawberry, kalau biji mungkin ada namun saya tidak Tanya. Disana justru banyak yang menjual pohon strawberry mulai dari yang baru berbunga hingga yang sudah berbuah. Nah, kalau begitu sekalian saja saya pilih bibit yang sekiranya memiliki bunga lebat, dan juga sudah memiliki calon – calon buah. Saya pikir cara ini juga bisa lebih mudah karena kedepannya saya hanya perlu merawat dan menyiapkan media untuk anak – anak pohonnya nanti.

Disini saya beli 2 pohon strawberry, dari sana masih dalam wadah polybag kecil ukuran 1 atau 2 KG kalau tidak salah, ketika sudah dirumah dan ingin memindah ke polybag lebih besar, kata ibu saya mending tidak usah diganti dulu, mungkin takut malah mati atau bagaimana, namun ya ketika saya lihat media tanam dari sananya masih bagus, ya saya turuti kata ibu saya.


Perawatan

Perawatan yang saya lakukan untuk kedua pohon strawberry saya, mungkin pertama adalah tempat dimana ia diletakkan. Karena rumah saya tertutup oleh bangunan – bangunan rumah yang lebih tinggi dari rumah saya, jadi sinar matahari yang masuk tidak sinar langsung, namun berupa pantulan dari tembok – tembok tinggi, namun di bagian sisi rumah ada tempat yang ketika pagi hari mendapat sinar matahari langsung, maka saya tempatkan pohonnya disitu, meski sempit, namun setidaknya masih bisa diletakkan untuk ukuran polybag.

Lalu penyiraman, untuk penyiraman sih seperti kebanyakan tanaman, idealnya 2 kali sehari yakni pagi dan sore hari, namun ketika pagi biasanya saya lupa menyiram, namun kalau sore hari pasti saya siram sekalian menyiram beberapa bibit cabai dan papaya California.

Tanaman pengganggu juga harus diperhatikan, karena kadang didalam polybag bisa tumbuh rumput liar yang kecil – kecil, dan bahkan juga bisa ditumbui jamur juga. kalau ada tanaman pengganggu langsung cabut saja.



Media Tanam
Menurut informasi yang saya dapatkan, media tanam yang baik untuk strawberry adalah campuran tanah dengan pupuk kandang atau humus, kalau mau ditambah sekam padi juga bisa. Dan dalam jangka waktu tertentu bisa ditambah pupuk NPK. Namun hingga sekarang saya belum ganti media tanamnya karena saya lihat masih bagus.



Update


Tanaman Strawberry saya mulai menunjukkan tidak tahan panas, padahal kata penjualnya sudah tahan panas. Sedangkan kalau dimasukkan ke dalam rumah, nanti tidak dapat cahaya matahari, mana kalau di kasih dekat jendela juga tidak terkena sinar matahari pula karena ketutup sama rumah – rumah tinggi haduh.


Mungkin kedepannya saya akan menanamnya didalam rumah, pakai lampu Growing saja. Tinggal mengumpulan rupiah untuk projek baru membuat tempat bercocok tanam didalam rumah menggunakan growing light.




2 komentar: