Salah satu kegiatan yang saya sukai adalah berkebun, atau
sekedar menanam tanaman, baik itu tanaman buah, atau tanaman bunga. Saya paling
suka mengamati pertumbuhan tanaman, memang ada yang cepat tumbuh, ada pula yang
lama tumbuhnya, tapi disitulah saya menikmati indahnya proses pertumbuhan
tanaman yang tentu berbeda – beda karakteristiknya. Untuk urusan pendidikan,
saya bukanlah lulusan dari perkebunan atau apa, Cuma seneng menanam tanaman aja
pada intinya. Dulu saya waktu SD suka menanam segala jenis tanaman dari hasil
nyari tanaman di sudut – sudut kampung, selama itu tidak ada pemiliknya, saya
cabut yang masih kecil lalu saya tanam dirumah. Saya juga kadang mengajak ayah
saya ke pasar tanaman untuk beli bibit tanaman, dan yang paling memorable
adalah ketika beli bibit terong, dalam beberapa bulan udah berbuah panjang –
panjang dan ungu hahaha.
Semenjak SMP sampai SMK, saya jarang nanam lagi karena
banyak kegiatan dan pulang sekolah udah capek duluan. Dan saya mulai coba nanam
– nanam lagi ketika mulai libur kuliah. Di saat itu, kondisi depan rumah saya
yang dulunya tanah lumayan luas (punya orang), sekarang sudah jadi deretan
rumah – rumah baru yang dikontrakkan oleh pemiliknya untuk orang lain. Jadi mau
– ngga mau depan rumah saya Cuma jadi jalan setapak. Dulu tanaman yang saya
tanam di polybag (karena sadar kalau tidak punya pekarangan) masih bisa tumbuh
karena mendapatkan cukup sinar matahari setiap harinya, tapi sekarang karena
depan rumah sudah tertutup tembok rumah yang tinggi – tinggi, akhirnya tanaman
saya mati satu persatu karena kurang sinar matahari.
Sedih sih iya tapi mau bagaimana lagi?
Lalu saya cari refrensi, baca artikel, nonton video, ketemulah
satu solusi yakni “Grow Light” atau “Growing Light”. Lalu pertanyaannya adalah
Apakah Grow Light itu?
Grow Light seperti namanaya adalah Lampu Pertumbuhan. Sebuah
lampu yang bisa menjadi sumber cahaya pengganti sinar matahari, yang bisa
digunakan oleh tumbuhan sebagai bahan bakar Fotosintesis. Itu menurut saya ya.
Jadi jangan bandingkan sama pendapat ahli atau pendapatnya om Wikipedia.
Jadi Grow Light ini bisa diartikan juga dengan cahaya
matahari buatan, yang bisa membuat tanaman tetap bisa fotosintesis meski tidak
dapat sinar matahari asli. Dan tanaman tetap bisa hidup serta tumbuh.
Kalau menurut pengamatan saya, Grow Light dulu itu digunakan
oleh orang – orang yang hidup di daerah 4 musim, biasanya mereka melakukan
pembibitan tanaman di Grow Light pada saat musim salju, karena kan kalau musim
salju tidak ada biji yang bisa berkecambah, makanya mereka melakukannya dengan
media tanam plus Grow Light sebagai pengganti sinar matahari didalam ruangan,
dan suhunya juga diatur supaya perkecambahan bisa sempurna. Sehingga ketika
musim semi tiba, mereka tinggal memindah bibit tanaman ke ladang, jadi lebih
hemat waktu kalau dibandingkan melakukan pembibitan di ladang ketika musim semi
tiba.
Grow Light sendiri punya karakteristik tertentu, intinya dia
sebisa mungkin meniru cahaya matahari, bukan dari sisi warna yang kita lihat,
tapi dari kombinasi warna di sisi spectrum cahaya. Cahaya matahari itu memiliki
kombinasi “Full Spectrum”, dan untuk Grow Light sendiri setau saya hingga saya
menulis artikel ini, belum ada lampu yang bisa menyamai kombinasi full spectrum
nya matahari. Meski begitu, semua produsen Grow Light sudah melabeli full
spectrum di semua produknya. Padal ya belum tentu.
Bisa dilihat pada gambar diatas, kalau dibandingkan dengan sinar matahari asli, kebanyakan Grow Light lebih mementingkan warna jingga dan biru, jadi kalau diatas seperti gambar ke 4. kebanyakan memang seperti itu warnanya, karena mereka fokus ke cahaya untuk fotosintesis. untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini
Kalau di sumber A berkata, sinar biru untuk perkembangan, dan sinar jingga untuk pertumbuhan, di
sumber yang ini mengatakan kalau biru untuk tahap vegetatif, mungkin disini maksudnya dari perkecambahan, lalu sinar jingga untuk flowering, mungkin maksudnya untuk pertumbuhan bunga atau selengkapnya bisa lihat di tabel dibawah untuk tiap efek cahaya ke tanaman:
Sekarang ini mayoritas sahabat kita yang menggunakan Grow Light menggunakan lampu full spectrum yang warnanya bisa dibilang “pink”, kalau dulu, mereka menggunakan lampu biasa, yang warnanya putih, seperti lampu hemat energy (LHE) yang dulu kita pakai sebelum munculnya LED yang lebih hemat energy. Dulu yang jadi patokan adalah dayanya (Watt), kecerahan (Lumens) dan juga suhu (Kelvin), di lampu – lampu mereka menggunakan satuan Kelvin dan bukan Celcius, ada beberapa lampu putih yang sengaja didesain untuk Grow Light juga. Tapi untung sekarang sudah banyak Grow Light yang murah, dan sudah pakai teknologi LED yang warnanya memang sudah didesain sebisa mungkin mencakup full spectrum.
Dan, harganya juga bisa dibilang murah lho.
Lalu apa aja jenis Grow Light itu?
Berikut ini ada beberapa jenis Grow Light yang saya ketahui
Neon
Grow Light jenis neon ada yang jenisnya full spectrum juga,
jadi neon warnanya pink jingga gitu. Tapi sepertinya kalau di Indonesia susah
nyarinya. Disamping itu, harga dan biaya penggunaan yang lebih mahal membuat kita lebih disarankan memakai LED yang lebih hemat energy, sampai - sampai ada perusahaan yang membuat Grow light Neon, tapi isinya LED.
Bulb
Sebenarnya bukan bulb beneran, Cuma yang ini 1 paket LED
sudah plus dengan casing. Ini yang paling simple menurut saya karena seperti
lampu – lampu rumah yang kita pakai, tinggal bikin fitting sama kabel dan wala
sudah bisa dipakai.
SMD LED
Adalah kependekan dari Surface Mouted LED, kalau beli Grow
Light jenis ini, paling tidak anda harus bisa merakitnya sendiri. Harus tau
paling tidak dasar – dasar elektronika. Karena sebelum beli pasti sudah harus
tau dulu spesifikasinya, seperti tegangan, arus dan daya yang dibutuhkan oleh
lampu ini.
Strip LED
Sebenarnya ini sama seperti SMD, Cuma kalau strip, sudah
dirangkai memanjang. Jadi anda bisa mengatur sendiri misal ingin panjangnya 2
meter, kalau kelebihan, tinggal di potong saja, tapi jangan asal motongnya
karena sudah ada tanda dimana anda bisa potong Strip nya. Ada beberapa tipe LED strip seperti berdasarkan ukuran tiap matanya, yang paling laris biasanya yang memiliki ukuran 5050 karena biasanya nyalanya lebih terang.
Plug and Play
Yang satu ini, kalau beli ada sih, tapi impor langsung dari
cina, kalau yang ini macamnya termasuk ada banyak, ada yang agak gede, ada yang
sedang. Paket ini tinggal pasang lalu colok listrik saja sebenarnya. Kelihatan besar karena dia
menggunakan LED yang gede – gede ukurannya, dan juga ada Fan atau kipas
pembuang udara panas dari LED. Jangan dikira LED tidak menimbulkan panas ya,
tetap ada panas walau tidak sebesar lampu generasi sebelumnya.
Warna Grow Light
Diatas tadi sebenarnya sudah saya singgung kan warnanya, nah
disini saya bahas lagi lebih jelasnya. Biasanya Grow Light yang bagus itu ada 2
warna dalam 1 paket, yakni warna ungu muda dan biru. Ungu muda itu untuk
pertumbuhan tanaman, dan biru untuk perkembangan tanaman. Seperti itu kalau
kata salah satu vloger tanaman di youtube.
jadi kalau beli Grow Light dengan kombinasi lampu ungu dan
biru udah bagus dong?
Jawabannya belum tentu.
Karena ini berdasarkan percobaan saya, tiap tumbuhan itu
memiliki karakteristik sendiri – sendiri. Termasuk (Porsi Makan) mereka untuk
tumbuh dan berkembang. Kalau cahaya matahari asli, punya cahaya yang benar –
benar 100% full spectrum, punya panas yang khas. Grow Light tidak.
Grow Light, kalau saya bilang belum bisa 100% full spectrum,
terlebih kalau beli Grow Light yang tanpa merk, tanpa kejelasan spesifikasi
dari hasil test pabrik, dan tanpa ketelitian kita sebagai pembeli itu sendiri.
Setelah ini, saya harap kita semua setidaknya paham apa itu
grow light dan dampaknya untuk tanaman. Di postingan berikutnya, saya akan
cerita tentang pembuatan Mini Growing Station saya, menggunakan Grow Light yang
murah, dan percobaan saya untuk menumbuhkan beberapa benih serta pohon.
Bagaimana hasilnya? Baca saja postingan saya mengenai membuat mini growing
station dengan grow light.