Baiklah, untuk mengawalinya, dulu saya pernah menulis review
headset dari fantech yakni Fantech HG400 yang dulu menjadi headset sehari –
hari saya. pertamanya sih saya overall sudah suka dan merasa cukup dengan
headset tersebut. Tapi lama – kelamaan, kulit sintetisnya pada ngelupas dan
lepas kecil – kecil. Ada dua bagian yang menggunakan kulit sintetis yakni
dibagian headband dan juga earcup nya. Kedua bagian tersebut sama – sama
mengelupas dan kalau dilihat jadi jelek sekali. Ditambah dia masih menggunakan
mic tanpa gagang yang saya rasa itu kurang banget ketika digunakan untuk main
game bersama teman – teman, sehingga saya harus pakai mic eksternal lagi untuk
bisa open mic in game.
Hingga si HG saya rasa sudah butuh pengganti, saya lantas
beli headset baru ini, memang kalau dinilai oleh orang – orang, headset ini
adalah headsetnya orang kere hore. Ya memang benar sih, saya termasuk kalangan
kere hore yang mau beli ini aja harus nabung dikit demi sedikit. Hahaha. DBE
GM100 namanya, katanya sih ini buatan lokal, tapi ketika saya sudah dapat
barangnya, sama saja barang ini buatan cina, tapi untuk rentang harganya juga
tidak jauh beda dengan headset buatan fantech kemarin. Untuk informasi awal
saja, saya mendapatkan harga Rp. 144.000 , saya beli online dan Alhamdulillah
saya mendapatkan barang yang normal. Normal dalam hal ini adalah semua
berfungsi sebagaimana mestinya.
Kan dulu pernah, beli headset rexus, tidak saya cobain dulu,
ee sampai rumah ternyata L sama R nya kebalik. Mana mau garansiin tapi udah seminggu
lebih pula. Makanya abis barang ini sampe, langsung unboxing, langsung cobain,
dan hasilnya bagi saya cukup memuaskan. Untuk video unboxingnya sudah saya
siapkan dibawah ini:
Selain soal harga yang bisa dibilang terjangkau, banyak yang
bilang suara yang dihasilkan oleh Headset DBE GM100 sudah lumayan oke. Memang
benar sih, saya coba pakai virtual 7.1 menggunakan driver bawaan dari
motherboard saya juga bekerja dengan baik. Kerasa sekali ketika main game FPS,
bisa tau arah dari tembakan, dari langkah kaki, baik itu di belakang, bawah,
atas, kiri atau kanan. Jadi meski dia stereo, bisa pakai virtual 7.1 , dan
kalau kamu sebelumnya sudah pakai virtual 7.1 milik razer misalnya, ya bisa
kamu coba aja.
Kalau untuk dibahas, mulai dari kerangkanya, DBE GM100
menggunakan kerangka besi, kalau diketuk ya kedengeran dan kerasa logam seperti
itu. Besi ini tugasnya membuat earcup bisa selalu nempel ke telinga. Dan
ditambah dengan headband yang membuat kerangka headset jadi nyaman ketika
dipakai. Headband nya juga sudah dinamis, ketika dipakai jadi sudah autofit
dengan kepala kamu. Jadi tidak perlu lagi tuh ngatur – ngatur “panjang” headset
supaya muat di kepala kita. Untuk bahannya, sama sih seperti headset – headset
sekelasnya, menggunakan kulit sintetis juga, tapi di DBE GM100 ini kalau saya
sentuh, saya raba, saya rasakan, sepertinya menggunakan kulit sintetis yang
agak tebal, jadi setidaknya bisa berharap bisa tahan lebh lama biar kalau
dilihat tatap bagus headsetnya.
Lalu di bagian earcupnya, casing nya bentuknya benar – benar
bulat, lebih tepatnya berbentuk tabung. Nah, DBE GM100 ini memiliki 2 versi,
yakni versi 1 dan versi 2. Versi 1 memiliki microfon tanpa gagangm yang Cuma
muncul secuil di bagian kiri headset. Kalau versi 2 dia memiliki mikrofon
bergagang, jadi lubang mic nya bisa lebih dekat dengan mulut kita ketika
dipakai. Balik ke casingnya lagi, di bagian luar terdapat aksen bulatan merah,
dan ditengah memiliki jarring – jarring logam, mirip jarring – jarring yang
biasa dipakai untuk cover speaker – speaker besar gitu. Tapi disini digunakan
untuk menambah estetika saja. Karena di bagian tengahnya terdapat logo d dari
DBE dan juga lingkaran yang akan menyala ketika kita menancapkan kabel USB dari
headset ini.
Untuk bahan earcupnya juga sama, kulit sintetis juga,
bedanya kalau di headband kulit sintetisnya bertekstur, kalau di earcup nya
kulitnya lebih halus, hanya saja karena kulit sintetis kan tidak berpori kan?
Jadi kalau dipakai terlalu lama, nanti telinga saya bisa berkeringat.
Di bagian kiri earcupnya, selain terdapat gagang microfon,
di belakangnya juga terdapat potensio untuk mengatur volumenya. Letaknya juga
bisa dibilang universal karena banyak headset yang juga meletakkan potensio di
bagian kiri belakang headset.
Untuk spesifikasi teknikalnya bisa dilihat pada gambar
dibawah ini:
Ketika pertama saya gunakan, entah sepertinya kepala saya
tidak begitu cocok dengan headset ini, meski earcup yang super besar bisa
menelan seluruh telinga saja, jadi tidak menjepit telinga, tapi masih ada
rongga di bagian bawah telinga yang mengakibatkan timbul suara angin ketika
kita tidak mendengar suara apapun dari headset. Dan meski sudah bisa
mengisolasi suara dari luar, karena rongga tersebut juga jadi suara dari luar
masih sedikit kedengeran.
Pertama coba putar
music, wah beda banget suaranya kalau dibandingkan dari fantech HG400 kemarin.
Suara di DBE GM100 seperti lebih dalem gitu, tapi sesudah pakai sekitar
semingguan juga sudah terbiasa. Malah saya lebih suka suaranya terutama ketika
dipakai gaming, karena kalau pas lagi tembak – tembakan misalnya, suara
tembakannya lebih kerasa. Belum lagi virtual 7.1 nya juga sudah mantep kalau
menurut saya.
Untuk kabelnya, dia memiliki kabel sepanjang 2 meter, jadi
kalau kamu pakai port audio di belakang casing (bagi pengguna PC) saya rasa
masih cukup untuk digunakan dengan nyaman, asalkan cable management nya juga
diperhatikan. Untuk inputannya, kita diberi 3 jack, yakni jack 3.5mm untuk
Headset ada tandanya yakni sekat jack berwarna hijau, lalu yang kedua juga 3.5mm
untuk mikrofon tandanya sekat pada jack warnanya pink, dan yang terakhir adalah
USB untuk menghidupkan LED. Ya walau kabelnya masih standar dan belum diberi
sleeving, overall sudah cukup lah untuk saya.
Jadi kalau untuk kesimpulannya, headset ini sudah lebih dari
cukup bagi saya untuk digunakan sehari – hari, baik untuk mendengar lagu atau
bermain game. Apa lagi dari segi harga juga terjangkau. Ya anggap saja kalau
satu tahun rusak, sudah pantas dengan headset seharga 150ribuan.